Tren perkembangan perpustakaan dewasa ini adalah pemunculan dan pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) untuk pengelolaan dan layanan perpustakaan. Ide pemanfaatan AI dalam pengelolaan dan layanan perpustakaan, sebenarnya bukanlah hal baru. Pada tahun 1930-an, Paul Otlet dalam artikelnya yang berjudul The Trait de Documentation (1934) telah menggambarkan perpustakaan di masa mendatang dengan pernyataannya yang menakjubkan yaitu bahwa meja di Perpustakaan tidak lagi dipenuhi oleh buku, orang akan dapat mendapatkan informasi dari tempat terpencil, akses jarak jauh (remote access), halaman buku dapat dibaca di layar dengan sambungan telepon kabel maupun nirkabel. Ide tersebut tidaklah seketika dapat diwujudkan, namun diperlukan waktu untuk mewujudkannya. Sebab, penemuan teknologi baru membutuhkan proses penelitian yang berkesinambungan dengan durasi waktu yang relatif lama.

Pemanfaatan AI di perpustakaan berproses mengikuti penemuan teknologi baru khususnya teknologi informasi (TI). Proses awal adalah melakukan automasi di dalam seluruh proses bisnis perpustakaan (library housekeeping operations) menggunakan berbagai perangkat lunak automasi perpustakaan. Awalnya proses ini sulit, mengingat biaya untuk pengadaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) yang sangat mahal, serta kemampuan sumber daya manusia di perpustakaan untuk memanfaatkan produk TI tersebut masih sangat rendah. Akan tetapi sekarang ini, secara teoritis proses itu semakin mudah, mengingat sejumlah perangkat lunak (software) atau aplikasi yang berkaitan dengan pengelolaan perpustakaan dan layanan informasi banyak tersedia secara gratis atau tidak berbayar. Selain itu, pengelola perpustakaan dan pemustaka dewasa ini pada umumnya terlahir di era digital (digital natives). Mereka ini lebih mudah beradaptasi dengan perubahan TI termasuk AI, sehingga pengelolaan dan layanan perpustakaan berbasis AI menjadi idola pustakawan dan pemustaka di era sekarang ini.

Walaupun secara teoritis pemanfaatan AI di perpustakaan sekarang ini dinyatakan relatif mudah, namun dalam praktiknya masih ditemukan masalah dan berbagai kendala baik dari sisi pustakawan maupun pemustaka. Berkaitan dengan hal itu, pustakawan, sivitas akademika, dan praktisi lainnya terus berupaya melakukan penelitian, observasi dan pemikiran berkaitan dengan pemanfaatan AI di perpustakaan.

Berpijak dari latar belakang diatas, Perpustakaan Nasional RI bersama Forum Perpustakaan Digital Indonesia dan Universitas Lampung menganggap penting perlu diselenggarakan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-15 Tahun 2024 dengan mengusung tema “Artificial Intelligence dalam Perpustakaan Digital”. Kegiatan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) ke-15 Tahun 2024 ini akan dilaksanakan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 6 s/d 8 Agustus 2024.

ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM PERPUSTAKAAN DIGITAL

• Implementasi AI dalam inovasi kepustakawanan digital Indonesia.
• Pemanfaatan AI dalam ranah pendidikan, sosial, dan budaya: konteks hukum dan etika.
• Pendayagunaan AI dalam pendidikan dan pengkajian ilmu-ilmu informasi
• AI dalam penguatan ketahanan budaya dan percepatan transformasi digital serta produksi talenta digital.

Perpustakaan Nasional RI bekerja sama dengan Forum Perpustakaan Digital Indonesia (FPDI) dan Universitas Lampung (UNILA)

Kegiatan Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia (KPDI) Ke-15 Tahun 2024 diharapkan dapat diikuti dari berbagai elemen yaitu :

• Legislatif Tingkat Pusat maupun Daerah;
• Pejabat Eksekutif (Penyusun Regulasi Pemerintah) Tingkat Pusat maupun Daerah;
• Dosen, Guru dan Mahasiswa;
• Peneliti/pemerhati Teknologi Informasi dan Digital;
• Peneliti/pemerhati Perpustakaan;
• Koordinator/Ketua Tim Corporate Social Responsibility (CSR)
• Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan